Hai, kalian!
Yang merasa paling hebat
Berdiri dengan semena-mena
Tanpa memikirkan apa yang terjadi
Hai, kalian!
Yang duduk di singgasana kemewahan
Menoleh dengan sinis
Tersenyum pun tak manis
Pada kaum yang memohon akan bantuanmu
Duhai, kamu
Yang ada di atas kemewahan harta
Dan kepicikan tipu daya
Kamu bilang akan membantu kami
Dan menghapus kepedihan kami
Yang mengharap bantuanmu
Kami ini hanya rakyat kecil
Yang tak kuasa dan tanpa daya
Jika harus melawanmu
Kami ini hanya rakyat kecil
Yang harus menanggung semua
Tipu dayamu
Semua kesinisanmu yang kau buka sekarang
Jika saja kau tahu
Setiap hari di gubuk kecil kami
Setiap hari kami di sini
Setiap hari yang ada hanya kepedihan bagi kami
Bukan kamu
Ketika hujan datang dan menyapa
Menimpa gubuk rapuh ini
Hujan pun membasahi tubuh ini
Setetes, setetes, setetes
Dan hujan bagai sapaan lembut yang dingin
Hujan pun t’lah bersahabat
Tahukah ketika siang menjelang
Matahari mengintip dan menerawang
Gubuk kecil ini berlubang
Ia seperti tersenyum
Matahari pun bersahabat
Setiap hari peluh menetap
Deras melekat di sela baju, kulit
Aromanya menyengat
Apa daya yang bisa dilakukan hanya tak ada
Hanya berharap pada kalian yang di sana
Duduk dengan manis
Di singgasana kemewahan
Menatap sinis mengingkari janji
Kami hanya berharap
Semoga tak seperti ini untuk yang lain
Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis