Selasa, 26 Juli 2011

Poetry Hujan : Harapan



Hai, kalian!
Yang merasa paling hebat
Berdiri dengan semena-mena
Tanpa memikirkan apa yang terjadi

Hai, kalian!
Yang duduk di singgasana kemewahan
Menoleh dengan sinis
Tersenyum pun tak manis
Pada kaum yang memohon akan bantuanmu

Duhai, kamu
Yang ada di atas kemewahan harta
Dan kepicikan tipu daya
Kamu bilang akan membantu kami
Dan menghapus kepedihan kami
Yang mengharap bantuanmu

Kami ini hanya rakyat kecil
Yang tak kuasa dan tanpa daya
Jika harus melawanmu
Kami ini hanya rakyat kecil
Yang harus menanggung semua
Tipu dayamu
Semua kesinisanmu yang kau buka sekarang

Jika saja kau tahu
Setiap hari di gubuk kecil kami
Setiap hari kami di sini
Setiap hari yang ada hanya kepedihan bagi kami
Bukan kamu

Ketika hujan datang dan menyapa
Menimpa gubuk rapuh ini
Hujan pun membasahi tubuh ini
Setetes, setetes, setetes
Dan hujan bagai sapaan lembut yang dingin
Hujan pun t’lah bersahabat

Tahukah ketika siang menjelang
Matahari mengintip dan menerawang
Gubuk kecil ini berlubang
Ia seperti tersenyum
Matahari pun bersahabat

Setiap hari peluh menetap
Deras melekat di sela baju, kulit
Aromanya menyengat
Apa daya yang bisa dilakukan hanya tak ada
Hanya berharap pada kalian yang di sana
Duduk dengan manis
Di singgasana kemewahan
Menatap sinis mengingkari janji
Kami hanya berharap
Semoga tak seperti ini untuk yang lain

 
Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis

My Story: Sabar Itu Berbatas 'kah?

Tiga tahun yang lalu, aku tak pernah terpikir bahwa hadiah itu akan diberikan oleh orang tuaku. Semua orang tahu bahwa sekarang ini jaman ca...