Sabtu, 04 Januari 2014

Alam, Jiwa yang Tulus

Alam diciptakan sebagai keindahan, pelengkap dunia.  Manusia diciptakan dengan akalnya, sebagai pemimpin dan pemelihara di bumi. Ketika alam dan manusia berjalan seirama, di sana lah akan tercipta keseimbangan, terjaga. Namun, apa jadinya jika dunia tercipta berat sebelah?  Keadaan mungkin saja bertambah buruk.
Indonesia adalah negara yang indah, gemah ripah loh jinawi. Kenapa tetap saja sumber daya manusianya kurang ? Kriminal meraja lela, mengendap dalam barisan penuh manusianya?  Sadarkah bahwa kita merasa diri paling membutuhkan?  Padahal masih banyak yang kekurangan.  Merasa diri paling menderita, padahal masih banyak kelaparan. Merasa paling benar, padahal masih banyak keburukan. Jika egoisme tetap bertahan, maka taka akan ada perubahan berarti.
Sejak kecil, pasti anak diajarkan tentang arti sebuah pengorbanan. Tentang arti kejujuran, ketulusan, kebahagiaan. ketika dewasa, dihadapkan pada kenyataan bahwa itu semua hanya pelajaran anak sekolah yang tak perlu dilakukan.  Benar kah?  Tentu tidak. Pelajaran itulah yang benar. Hanya saja sikap orang dewasa yang mau tidak mau harus egois, membuat pilihan itu seperti tidak ada.
Saat masih kecil, sempat terpikir untuk tidak menjadi orang dewasa. Alasannya, orang dewasa itu ribet sekali. Mereka tidak memiliki jiwa dan pikiran se - simple anak kecik.  Tentu saja!  Siapa yang akan rela mengorbankan dirinya sendiri demi orang lain, memberikan pengorbanan tulus untuk perubahan yang lebih baik, rela menderita supaya saudaranya merasakan setidaknya secuik bahagia, kecuali orang - orang dengan jiwa tanpa pamrih, tidak berkepentingan mengambil keuntungan dunia, tulus, dan berjiwa besar. Berjibun manusia yang memadati dunia, entah berapa dari jutaan nyawa yang memilikinya. 
Belum terlambat untuk memulainya, perubahan dari diri sendiri yang justru lebih berat daripada merubah orang lain. Bahkan lebih berat dari merubah dunia. Karena perubahan terkadang dimulai dari hal kecil, dengan ketulusan, kesungguhan. Berubah untuk yang kebih baik, tidak ada batasan untuk memulai hal baik, tidak ada batasan untuk melakukan perubahan, selama perubahan itu memberikan manfaat bagi diri juga sekitar.
(By:  She Rye D., Malang, 04-01-2014)

My Story: Sabar Itu Berbatas 'kah?

Tiga tahun yang lalu, aku tak pernah terpikir bahwa hadiah itu akan diberikan oleh orang tuaku. Semua orang tahu bahwa sekarang ini jaman ca...