Sabtu, 05 November 2011

Journey to The City : Melanglangbuana Bermodal Niat

Hanya bermodalkan niat karena sudah 'terlanjur', Herni memberanikan diri bepergian sendirian tanpa teman ke kota yang asing baginya. Baginya, ini tidak masalah. Kalau ada niat, pasti ada jalan. Primsip dan keinginan Herni memang sudah terlalu kuat untuk diruntuhkan. Sudah barang tentu dia akan melakukan apa pun dan hal yang nekat supaya keinginannya itu tercapai.
Usut punya kusut, sejak kecil Herni punya kebiasaan dan kegemaran menyanyi di kamar mandi. Ya, hanya sebatas kamar mandi. Setiap kamar mandi yang dimasukinya, di situlah ia mendendangkan lagu. Apa pun yang ia suka. Tidak pandang kamar mandi. Mau kamar mandi terminal kek, sekolah kek, dimana pun yang penting judulnya adalah 'Kamar Mandi', pasti ada lagu yang ia dendangkan.
Hobinya itu akhirnya membawa Herni kepada keperakannya. Semakin sering ia mengikuti lomba, dan semakin sering pula ia menang. Herni pun ketagihan jadinya.
Setiap lomba menyanyi yang menarik pasti akan diikutinya. Tentu dengan beberapa kriteria. Yang paling utama adakah gratis. Yang utama kedua adalah dapat hadiah. Kriteria yang lain bisa dipikirkan kemudian. Setiap hari kalau ada waktu, ia sempatkan untuk browsing di internet tentang lomba menyanyi di wilayahnya yang mungkin akan diadakan dalam waktu dekat ini. \
Cling! Ada lomba menyanyi. Sayangnya, di luar kota. Kota Surabaya tepatnya. Ketika itu, Herni sedang ada di tempat tinggal saudaranya di Malang.
"Aku harus ikut lomba ini!" batinnya.
Sesaat kemudian, ia telah menyimpan informasi yang ada di website tersebut. Menyimpannya sementara untuk mempersiapkan diri pula. Matanya mengelilingi seluruh ruangan kamar. Mungkin ia berharap akan ada bintang jatuh masuk kamarnya dan memberikan inspirasi tentang lagu apa yang harus ia nyanyikan.
Beberapa hari berlalu. Deadline pendaftaran menyanyi hampir habis. Formulir pendaftarannya belum dikumpulkan. Padahal, besok sudah hari Sabtu dan deadlinenya pada hari Minggu.

Herni memutar otak. Mencari cara agar tetap bisa mengirimkan formulir pendaftarannya. Ah ya! Dia akan ke Surabaya. Sendirian. Kalau dikirim via pos akan kelamaan. Lagipula pos 'kan tutup pada hari Sabtu.
Hari Sabtu. Herni ke stasiun untuk mengecek jadwal keberangkatan kereta. Untunglah ada banyak waktu keberangkatan sehingga ia bisa memilih jadwalnya. It;s done!
Hari Minggu. Herni benar-benar menyiapkan dirinya dan mentalnya. Kali ini akan banyak petualangan menyenangkan mungkin. Semoga saja. Dia hanya berharap akan bisa kembali lagi dengan selamat dan tanpa kekurangan apa pun.
Perjalanan yang begitu panjang dan sebenarnya membuatnya sedikit takut. Takut kesasar tepatnya. Untunglah tidak. Herni sudah bertanya pada teman-temannya tentang rute transportasi yang bisa ia lalui menuju ke tempat pendaftaran. Akhirnya ia sampai juga walaupun jalan yang ditempuh gak mulus-mulus banget. Yang penting dia sampai. Dia hanya meletakkan formulir pendaftaran pada tempatnya, dan selesailah tugasnya. Hanya untuk meletakkan formulir ini saja Herni bersusah payah dengan modal niat menuju tempat pendaftaran. Pada saat itu memang tidak ada yang jaga karena kebetulan hari libur. Herni pun kembali pulang dengan selamat.

Rabu, 02 November 2011

Tetap Dinamis

Menyelesaikan tugas lagi. Akhirnya, tidak ada kata mengalah pada lelah. Bukan menyerah pada keadaan yang akhirnya memaksaku untuk berhenti. Semua ini adalah hal yang baik. Menuntut ilmu sekaligus melakukan hal dan aktivitas lain yang baik. Mereka dapat dilakukan secara berkesinambungan. Pasti bisa.
Berkata menyerah sebelum mencoba, memang hanya sia-sia yang terkadang berbuah penyesalan. Perasaan takut akan kegagalan seharusnya tidak mengarahkan kita pada jalan yang statis dan hanya 'beggitu' saja. Bukan berarti juga terlalu menyibukkan diri sehingga tidak memperhatikan keadaan diri. Semuanya perlu seimbang.
Agenda harian yang penuh pernah kurasakan. Pada awalnya, semangat itu masih ada. Lama-lama, seperti biasanya, bosan pun datang dan menginap di pikiran. Yang ada hanyalah mengeluh dan mengeluh. Semua serba membosankan.
Jika hanya memperdulikan kebosanan, maka tidak akan pernah ada kata 'maju' padahal masih ada banyak rintangan yang mungkin lebih berat lagi dari sekarang. Seandainya dibandingkan, masa muda ini masih belum ada apa-apanya. Menyiapkan masa depan akan lebih baik dari sekarang. Banyak belajar mulai dari sekarang, mengambil hikmah dari tiap kesulitan dan konflik yang mengelilingi, berlaku bijak dalam menyikapi berbagia hal, itu lebih baik dari sekedar mengucap kesal dan segala keluhan. Perjuangan ini masih panjang.

My Story: Sabar Itu Berbatas 'kah?

Tiga tahun yang lalu, aku tak pernah terpikir bahwa hadiah itu akan diberikan oleh orang tuaku. Semua orang tahu bahwa sekarang ini jaman ca...