Kamis, 25 November 2010

Aku dan Ketakutanku

Beberapa bulan ini terasa amat berat. Banyak tugas yang harus dikerjakan. Dimana-mana ada saja kerjaan. Sabtu dan Minggu pun menjadi hari aktif di saat yang lain sedang bersantai di rumah. Tapi tak apa. Ini menjadi bagian positif aktivitas yang ada daripada 'bengong' di kamar gak ada kerjaan.
Terkadang, ada perasaan iri dengan yang lain. Mereka bisa berkumpul dengan keluarga, aku tidak. Sekali lagi, tak apa. Teman-temanku juga adalah keluarga. Dan langkahku semakin mantap. Setidaknya komunikasi dengan rumah tidak terputus. Seminggu sekali masih bisa mengobrol walau hanya mendengar suara mereka saja.
Cerita lain akan kusampaikan di sini. Suatu sore, aku dimintai tolong untuk menggantikan tugas temanku sementara. Yah, itung-itung jalan-jalan sore. Sampai di sana, ternyata dia masih bisa melanjutkan tugasnya. Alhasil, kami mengobrol saja. Mau langsung pulang, nanti takutnya nganggur. Obrolan kami ya seputar kuliah saja. Tiba-tiba, ada seorang laki-laki berlari sambil membawa sesuatu dan terjatuh. Kenapa dia? Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti itu? Apa yang harus aku lakukan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang dengan tiba-tiba pula muncul di benakku. Memuncakkan kecemasan. Orang-orang bergerombol membaringkannya di kursi. Tapi, apa yang terjadi? Laki-laki itu terbangun dengan cara yang aneh. Seperti kaget akan suatu hal. Kepalanya terbentur kursi dan jatuh. Darah, berdarah. Kepalanya berdarah. Ya Allah? Apa lagi ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku takut, marah, lemah, benci pada diriku sendiri. Seharusnya aku melakukan sesuatu. Bukan hanya terdiam dan menjerit dalam hati. Jujur saja, aku ikut bingung dengan kejadian ini. Tapi aku tak bisa melakukan apa-apa. Seakan tak ada daya.
Untungnya ada seorang temanku yang mencoba mencari bantuan. Orang-orang yang di sana pun aku yakin telah mencoba mencari bantuan. Akhirnya, laki-laki tadi dibawa oleh perawat ke salah satu ruang di rumah sakit. Lega dan tidak tega.
Aku berharap laki-laki tadi baik-baik saja. Sungguh, tidak pernah aku melihat fenomena seperti itu selama ini. Terkejut sekali. Sangat. Menyesal. Kenapa aku tak bisa melakukan apa-apa? Ketakutanku telah menutupi keberanian dalam hati. Teman, jika kamu membaca cerita ini, jangan pernah kamu takut jika tindakanmu benar. Jangan pernah merasa lemah dan takut untuk menolong orang lain. Jangan meniru sikapku yang hanya bisa menjerit dalam hati dan terdiam. Semoga ini bisa menjadi pelajaran buatmu.

Sabtu, 06 November 2010

Hanya Aku

Aku merenung di suatu saat. Ketika aku sendiri dan kubayangkan masa-masa yang telah lewat. Semua salahku, semua tingkahku, kembali tergambar jelas dalam rangkaian video flashback otomatis yang diputar dalam otakku. Membayangkan semuanya, kadang aku heran sendiri kenapa aku bisa seperti ini. Tingkahku rasanya seperti anak kecil saja. Di saat aku ingin berubah, tiba-tiba ada suatu hal yang membuatku kembali seperti itu.

Jika aku harus menjawab pertanyaan tentang kelebihan-kelebihanku, aku ingin mengatakan kelebihanku adalah menjadi diriku apa adanya. Inilah aku. Seorang diri yang tak lebih hebat dari orang-orang hebat. Siapa orang-orang hebat itu? Ya banyak. Hehe... Yang jelas, aku merasa bayak kekurangan yang harus dibenahi lagi.

My Story: Sabar Itu Berbatas 'kah?

Tiga tahun yang lalu, aku tak pernah terpikir bahwa hadiah itu akan diberikan oleh orang tuaku. Semua orang tahu bahwa sekarang ini jaman ca...